KEADAAN SOSIAL DESA
Kependudukan
Berdasarkan data terakhir hasil Pemutakhiran Data Penduduk tahun 2014, tercatat sebanyak 6.523 jiwa. Dengan jumlah Kepala Keluarga 1.787 KK. Sebagaimana bisa dilihat dari tabel berikut :
Tabel 3 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Uraian |
Jumlah |
|
Jumlah Penduduk Laki-laki |
3.402 |
Orang |
Jumlah Penduduk Perempuan |
3.121 |
Orang |
Jumlah Kepala Keluarga |
1.787 |
Kepala Keluarga |
Kesehatan
Tenaga kesehatan yang terdapat di Desa Gebangmekar terdiri dari 1 orang bidan Desa, 3 orang tenaga medis melalui praktek kesehatan, dan partisipasi dari ibu-ibu PKK dengan kegiatan Posyandu.
Tabel 4 : Tenaga Kesehatan Desa Gebangmekar
No |
Tenaga |
Kesehatan |
Jumlah |
Ket |
1 |
Medis |
Bidan Desa |
1 |
Orang |
Praktek Kesehatan |
3 |
Orang |
||
2 |
Partisipasi Masyarakat |
Kader Posyandu |
12 |
Orang |
|
|
Desa Siaga |
15 |
Orang |
|
Jumlah |
|
31 |
Orang |
Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu modal dasar dan menjadi parameter keberhasilan pembangunan IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Sehingga pendidikan adalah sebuah insvestasi (modal) dimasa yang akan dating untuk pembangunan desa. Keberadaan lembaga pendidikan di desa harus terus dikembangkan, selaras dengan program pemerintah wajib belajar 12 tahun SD, SMP, dan SMA, disamping pula lembaga pendidikan Non Formal lainnya.
Tabel 5 : Pendidikan Formal dan Non Formal
No |
Nama Sekolah |
Jenjang |
Jml Lokal |
Lokasi |
Status |
1 |
PAUD “Permata” |
Pra TK |
2 |
Dusun 1 |
Desa |
2 |
TKA Darul `Ulum |
TK |
4 |
Dusun 2 |
Swasta |
3 |
TK Aisiyah |
TK |
2 |
Dusun 3 |
Swasta |
4 |
SDN Gebangmekar I |
SD |
6 |
Dusun 5 |
Desa |
5 |
SDN Gebangmekar II |
SD |
6 |
Dusun 1 |
Desa |
6 |
SDN Gebangmekar III |
SD |
6 |
Dusun 4 |
Desa |
7 |
MDT Muhammadiyah |
SD |
3 |
Dusun 3 |
Swasta |
8 |
MI Al-Amanah |
SD |
4 |
Dusun 1 |
Desa |
9 |
MI An-Na`im |
SD |
2 |
Dusun 4 |
Desa |
10 |
Pesantren Darul `Ulum |
Umum |
|
Dusun 2 |
Swasta |
Kesejahteraan Sosial
Penanganan masalah yang dihadapi dalam pembangunan kesejahteraan social meliputi dari proses globalisasi serta industri . dari akibat krisis ekonomi yang berkepenjangan, pasar global. Dampak yang dirasakan diantaranya semakin banyaknya jumlah tenaga pengangguran, tingkat kemiskinan, serta kompleksnya permasalahan sosial.
Ketenagakerjaan
Dampak dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, keterbatasan lapangan kerja dan pemutusan hubungan kerja (PHK) dapat dirasakan dengan semakin banyaknya tingkat pengangguran di Desa. Keadaan ini makin dipersulit dengan melonjaknya harga BBM dan harga kebutuhan pokok.
Tabel 6 : Ketenagakerjaan
No |
Uraian |
Jumlah |
1 |
TNI/POLRI |
3 KK |
2 |
PNS |
11 KK |
3 |
Non PNS (Honor) |
2 KK |
4 |
Pegawai Swasta |
41 KK |
5 |
Wiraswasta/Dagang |
432 KK |
6 |
Nelayan |
665 KK |
7 |
Petani |
5 KK |
8 |
Buruh (Nelayan / ABK) |
390 KK |
9 |
Tidak Bekerja |
102 KK |
10 |
Lainnya |
136 KK |
|
Jumlah |
1.787 KK |
Sosil Budaya
Kebudayaan tradisional merupakan modal dasar pembangunan yang melandasi pembangunan yang akan dilaksanakan, warisan budaya yang bernilai luhur merupakan asset untuk menarik pengusaha-pengusaha bermodal besar untuk menanamkan modal usaha di wilayah Desa Gebangmekar dalam rangka pengembangan pariwisata budaya.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan pemerintahan desa dengan pelestarian secara berkelanjutan adalah pembinaan di berbagai kelompok kesenian, juga pembinaan pelaku seni sendiri.
Banyak budaya yang terdapat di Desa Gebangmekar yang dulu sempat ada sekarang sudah tenggelam, dan ini perlu dikembalikan pada beberapa tahun mendatang, agar anak cucu akan teringat kembali akan semua peninggalan budaya masa lalu.
Pembinaan dan pelestarian budaya agar dapat dirawat dan dijaga agar budaya dan kelompok kesenian dapat eksis kembali, diantara kelompok kesenian/budaya yang masih eksis di Desa Gebangmekar sebagai berikut:
Tabel 7 : Kelompok Kesenian / Jenis Budaya
No. |
Kelompok Kesenian/Jenis budaya |
Jumlah |
Status |
Ket |
A. |
Kelompok Kesenian |
|
|
|
|
Organ Tunggal |
5 |
Aktif |
Tersebar di Tiap Dusun Wiayah Barat dan Timur |
B. |
Jenis Budaya |
|
|
|
|
1. Barikan |
-
|
Rutin |
Rutin dilakukan setiap tahun oleh lembaga adat beserta masyarakat |
|
2. Hajatan Masyarakat |
- |
Rutin |
Setiap warga berhak merencanakan hajatan khitanan, atau merasul anak, pesta perikahan dll |
|
3. Ruwatan Laut “Nadran” |
- |
Rutin |
Dilakukan oleh pemuka adat pada saat tertentu |
|
4. Ngidung |
- |
Rutin |
Dilakukan oleh pemuka adat pada saat tertentu |
|
5. Sedekah Bumi |
- |
Ruitn |
Dilakukan oleh pemuka adat pada saat tertentu |
Sarana Agama
Tabel 8 : Sarana Keagamaan Desa Gebangmekar
No. |
Jenis |
Jumlah |
Lokasi |
1 |
Masjid |
2 |
Dusun 1 dan 3 |
2 |
Mushola/Langgar |
13 |
Tersebar |
3 |
Madrasah |
4 |
Tersebar |
4 |
Pondok Pesantren |
1 |
Dusun 2 |
5 |
Kuil / Klenteng |
1 |
Dusun 2 |
- KEADAAN EKONOMI DESA
Pajak dan Retribusi Desa
Pajak dan retribusi desa Gebangmekar pada tahun 2018 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, ini menunjukan penduduk Desa Gebangmekar taat dan sadar akan pajak.
Tabel 9 : Pajak dan retribusi Desa Gebangmekar
No |
Uraian |
2016 |
2017 |
2018 |
1 |
Pajak Desa |
69.187.707,- |
71.909.402,- |
DHKP Belum Turun |
2 |
Retribusi Desa |
- |
- |
- |
3 |
Lain-lain |
- |
- |
- |
|
JUMLAH |
69.187.707,- |
71.909.402,- |
0,- |
Alokasi Dana Desa
Dana Desa pada dasarnya merupakan sumber dana wajib dari pemerintahan Kabupaten Cirebon yang di alokasikan kepada Desa-Desa untuk mendanai kebutuhan Desa dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Tabel 10 : Alokasi Dana Desa Gebangmekar dalam 5 tahun terakhir
No. |
Tahun |
Jumlah (Rp) |
Ket |
1 |
2014 |
506.051.000,- |
|
2 |
2015 |
365.800.000,- |
|
3 |
2016 |
365.800.000,- |
|
4 |
2017 |
391.528.000,- |
|
5 |
2018 |
391.528.000,- |
|
Prasarana dan Sarana Sosial Ekonomi
Pada umumnya jenis sarana sosial ekonomi yang menjadi tulang pungung ekonomi masyarakat Desa Gebangmekar adala sektor perikanan. Pada sektor ini semua lapisan masyarakat melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan ekonomi masyarakat dibidang perikanan antara lain sebagai nelayan serta pengolah dan pedagang hasil laut.
Disamping itu sebagian masyarakat menjadikan perdagangan sebagai sumber mata pencaharian, terutama warung kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
Transportasi
Letak desa Gebangmekar yang melintang diantara jalan Negara sangat memudahka masyarakat dalam bepergian. Wilayah yang strategis ini bisa dilalui oleh kendaraan roda empat baik yang berukuran sedang maupun yang berukuran kecil, ditambah lagi dengan lintas angkutan umum dari Semarang ke Jakarta.
Informasi dan Teknologi
Penggunaan jaringan komunikasi di Desa Gebangmekar khususnya sambungan telepon sudah lama tersedia, bahkan rata-rata warga Gebangmekar sudah menggunakan handphone untuk mempermudah berkomunikasi dengan sesama warga hal ini ditujang dengan banyaknya menara-menara jaringan sambungan seluler.
Disamping itu sarana teknologi yang tersedia berupa warnet, jasa percetakan, rental computer dsb sedang menjamur walaupun pelaku bisnisnya atau kepemilikannya kebanyakan dari luar desa.
Pengairan dan Keirigasian
Meski tidak banyak lahan serta warganya yang bergerak dibidang pertanian namun pemerintah desa tetap berupaya untuk memenuhi kebutuhan akan pengairan dan keirigasian lahan persawahan. Penanganan keirigasian/pengairan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sebagai para petani penggarap tanaman padi, petani penggarap tanaman palawija maupun kebutuhan sehari-hari.
Energi
Sejak tahun 1986 penduduk Desa Gebangmekar menjadikan listrik sebagai sumber penerangan utama. Hampir 95% pemukiman warga sudah tersambung jaringan listrik, hanya saja masih terdapat beberapa perumahan warga desa belum tersambung instalasi listrik sendiri, karena sutu kendala yakni faktor ekonomi. Mereka umumnya mengambil aliran listrik ke tetangga terdekatnya.
Musim
Terkait bahwa Desa Gebangmekar adalah desa pesisir maka keberadaan musim di Desa Gebangmekar ada 2 musim, yaitu musim angin barat atau musim penghujan biasanya dipergunakan oleh para nelayan untuk tidak melaut namun sebagian warga yang bertani memanfaatkan musim ini untuk memanfaatkan musim ini untuk memanfaatkan lahan pertaniannya dengan menanam padi dan musim kedua adalah musim kemarau yang biasa dipergunakan oleh para nelayan dan petani garam, serta sebagian petani menggarap sawah untuk menanam palawija.